Kiat hemat yang Benar

Hemat tidak berarti menderita.Kalau Anda berhemat, lalu menjadi menderita, berarti Anda menghemat secara salah.

Waktu kecil dulu saya sering mengikuti ibu belanja di pasar. Jaman itu belum ada supermarket yang jualan bahan basah layaknya pasar tradisional. Saya mengamati bahwa untuk membeli cabe saja, ibu saya bisa ngotot putar-putar beberapa penjual guna mendapatkan harga termurah. Care 200 rupiah ditawar 100 rupiah (teganya….). Jaman sekarang kita berbelanja di hipermarket. Tak ada tawar menawar, cocok ambil, tidak cocok silahkan pergi. Orang-orang tanpa banyak cakap langsung memborong belanja buat sebulan. Wow. Siapakah yang betul, cara ibu saya atau cara orang jaman kini tersebut?

Seringkali orang berpikir bahwa berhemat artinya membeli barang yang paling murah biayanya. Ukuran utamanya adalah harga. Bila kita mau pergi naik bis, kita cari bis ekonomi. Bila kita pergi jauh, kita pilih kereta dibanding pesawat, karena harga tiketnya lebih murah. Benarkah demikian esensi menghemat?

Mana yang lebih hemat? Beli sandal harga 50 ribu awet dua tahun, atau beli 5 sandal 10ribu-an untuk dua tahun?

Suatu ketika Amir bingung antara membeli mobil dengan harga tunai 50 juta, atau mengambil kredit mobil dengan waktu 5 tahun sehingga total menjadi 90juta? Mana yang hemat?

Semua contoh di atas menunjukkan bahwa berhemat memerlukan seni tersendiri. Tindakan penghematan akan bergantung situasi seseorang, bisa terjadi dua orang sama-sama berhemat namun wujud tindakannya bertolak belakang.

Prinsip 1 : berhematlah pada apa yang Anda anggap paling penting bagi Anda, walau itu berarti tampak tidak hemat dari sudut pandang lain.

Ngapain sih kita berhemat? Agar mendapat manfaat maksimal dari uang kita kan? Jadi indikator utama adalah memaksimalkan manfaat untuk hal yang paling penting dan prioritas bagi kita. Misalnya Anda perlu pergi dari Jakarta ke Lampung. Anggap harga tiket pesawat 2 kali lipat harga naik bis. Anda pilih mana? Jawabannya tergantung mana yang lebih penting bagi Anda, uangnya atau waktunya? Kalau Anda tidak dikejar waktu, dan ingin menikmati perjalanan menyeberangi selat sunda, maka naiklah bis. Bila waktu sangat penting bagi Anda (karena Anda mudah capek) maka pesawat terbang lebih hemat (coba hitung kembali total biaya naik bis, jajan, waktu yang terpakai, jasa tukang urut, dan jamu tolak angin!).

Inilah jawaban atas kasus cara belanja ibu saya di pasar tradisional. Ibu saya benar, ngapain beli cabe mahal-mahal kalau ada yang murah? Dengan catatan ibu saya berbelanja santai, artinya waktu bagi ibu saya bukanlah tujuan utama. Sementara mereka yang belanja di supermarket untuk sebulan penuh juga benar, karena waktu merupakan hal yang lebih penting. Ngapain buang waktu hanya untuk menghemat 10 ribu?


Prinsip 2 : carilah harga termurah untuk manfaat utama yang sama.

Walaupun sama-sama naik pesawat, mungkin manfaat utama yang dituju bisa berbeda. Ada yang peduli dengan kenyamanan (karena perjalanannya jauh, dan tiket dibayari kantor), ada yang hanya peduli kecepatan perjalanan (karena pergi santai, uang jalannya diberikan tunai, silahkan atur sendiri). Nah, untuk manfaat yang sama biasanya tersedia banyak pilihan. Maka bergantung dengan situasi itu seseorang bisa berhemat dengan mencari tiket pesawat yang paling murah untuk rute dan manfaat yang sama. Di antara penerbangan yang murah, ada yang termurah. Di antara yang mahal-mahal pun ada yang relatif paling murah. Hemat adalah : mendapatkan manfaat maksimal dari biaya minimal. Istilah kerennya adalah benefit cost ratio yang tinggi.

Benarlah pelajaran ekonomi waktu SMP dulu. Kalau mau beli, bandingkan dulu harga barang yang sama minimal di 3 toko. Saya pernah mengamati, sebuah handycam dengan merek dan seri yang sama bisa berselisih harga 20 persen di toko yang berbeda. Barangnya sama, ngapain bayar lebih mahal?


Prinsip 3 : jadikan ‘cashflow’ keuangan sebagai patokan utama.

Ibu saya sering bertanya, “Kenapa kamu nggak juga beli rumah, padahal biaya kontrakan bisa untuk nyicil rumah?” Ya, cicilannya memang sesuai, tapi modalnya bu? Saya sebenarnya sudah punya rumah, namun -dengan persetujuan istri- rumah tersebut dijadikan tempat usaha. Kalau beli rumah lagi, yang berarti cicilan baru, tentu akan mengubah aliran kas keuangan rumah tangga. Mungkin sekilas kita sayang dengan pengeluaran yang ‘habis’ itu (biaya kontrak rumah), di sisi lain kita tetap harus berpegang bahwa aliran kas keuangan adalah indikator yang paling penting. Misalnya Anda membeli rumah baru, dengan judul menabung lah, sayang uang lah, dsb, lalu aliran kas menjadi kacau, tentu akibatnya sangat berbahaya. Banyak terjadi karena kenaikan bunga bank menyebabkan aliran kas menjadi berantakan. Dalam kasus saya, kami sudah punya rumah (walau bukan ditempati sendiri) yang hasil usahanya bisa untuk mengontrak rumah yang lebih besar, jadi dalam hitungan investasi menjadi menguntungkan alias lebih hemat. Kalau semua hal harus kita beli sendiri tentu jadi repot.

Prinsip no 3 ini juga mengimbangi prinsip no 1 sebelumnya. Andai Anda mau ke Lampung sekeluarga 5 orang. Bagi Anda waktu adalah penting. Tapi kalau pergi serombongan naik pesawat, tiba-tiba dananya tidak cukup. Jangan dipaksakan. Pilihlah alternatif yang sesuai dana kita. Naik bis dalam hal ini menjadi betul-betul hemat, karena disesuaikan dengan aliran kas keuangan rumah tangga.

Sudah, sudah, kiatnya 3 dulu. Banyak-banyak nanti malah lupa….

Bila diulang secara ‘ilmiah’ maka 3 prinsip itu bisa digambarkan sebagai berikut :

  • Prinsip 1 adalah prinsip optimasi. Optimum adalah kondisi maksimal pada indikator utama, yang bisa tampak tidak maksimal pada indikator lain. Konsep optimasi adalah mencari kondisi terbaik dari banyak kriteria yang bertentangan. Misalnya desain sebuah mobil. Ada sedan, ada minibus, ada truk, ada bis. Semua adalah desain optimum, yaitu desain yang bisa memberikan manfaat maksimal sesuai tujuan desain. kalau kita lihat bentuk truk sangat jelek sebagai kendaraan pribadi, tapi sangat indah sebagai kendaraan angkut. Itulah pentingnya prinsip 1 dalam berhemat, kita harus jelas melihat indikator tujuan utama.
  • Prinsip 2 adalah prinsip produktifitas. Setelah kita mengetahui indikator utama, maka kita mencari cara agar membuatnya efisien namun tetap efektif. Untuk manfaat yang sama (efektif) diraih dengan biaya paling minimal (efisien).Sesuatu yang produktif berarti mencapai hasil paling maksimal dari sumberdaya yang tersedia.
  • Prinsip 3 adalah prinsip pengendalian (kontrol). Pada akhirnya kita perlu melihat ketersediaan sumber daya sebagai indikator kendali. Output yang telah direncanakan harus kembali disesuaikan dengan input yang tersedia.

Jadi berhemat adalah : optimum, produktif, terkendali. Wah, ilmiah banget neeh…, hehe..

Oh ya, hampir lupa jawaban untuk kasus-kasus contoh.

Ibu menawar mati-matian harga cabe di pasar. Jawab : hemat, karena untuk barang yang sama kita perlu cari yang murah bila waktunya santai.

Belanja borongan di supermarket. Jawab : hemat, dalam hal ini ‘hemat waktu’ adalah tujuan yang lebih utama.

Naik pesawat daripada bis. Jawab : hemat, kalau waktu adalah tujuan utama, dan biaya total perjalanan ternyata tidak jauh berbeda. Naik bis ekonomi, bukan AC. Jawab : bisa hemat, kalau dananya memang terbatas. Toh, sama-sama sampai. Kalau dana longgar pilih yang AC, takutnya Anda jadi sakit karena naik bis ekonomi yang panas dan penuh asap rokok.

Mana yang lebih hemat? Beli sandal harga 50 ribu awet dua tahun, atau beli 5 sandal 10ribu-an untuk dua tahun? Jawab : kalau Anda malas beli sandal, pilih yang awet. Kalau Anda senang ganti model, atau dana tunainya kurang, beli saja yang murah, tapi satu-satu bukan sekaligus 5 (keuntungan aliran kas).

Suatu ketika Amir bingung antara membeli mobil dengan harga tunai 50 juta, atau mengambil kredit mobil dengan waktu 5 tahun sehingga total menjadi 90juta? Mana yang hemat? Jawab : jelas lebih hemat pembelian tunai bila tujuan utamanya adalah total biaya. Mobil adalah barang yang turun nilainya, bayar lebih mahal lewat kredit tidak ada gunanya. Namun, bisa pula lebih hemat kredit kalau Anda sudah butuh banget mobil itu tapi uang tunainya bisa dipakai membeli barang lain yang lebih prioritas, misal rumah (prinsip 1).Saran saya sih, cari harga mobil yang disesuaikan dengan aliran kas Anda (prinsip 3). Lalu cari mobil yang jenis dan kondisinya relatif sama namun dengan harga paling miring (prinsip 2). Sekali lagi yang penting adalah : atur kas keuangan Anda! Jangan banyak cicilan, nanti bisa rentan terhadap fluktuasi bunga bank.

  ©Template by Dicas Blogger.